Logo LPMPP UBB

2025

Pilih Bahasa

Sejarah dan Perkembangan Budaya Bangka Belitung: Kajian Antropologis

Seni Dan Budaya 22 Mei 2025 Dilihat: 1.134 kali
Sejarah dan Perkembangan Budaya Bangka Belitung: Kajian Antropologis

Sejarah dan Perkembangan Budaya Bangka Belitung: Kajian Antropologis

Seni Dan Budaya 22 Mei 2025 Dilihat: 1.134 kali

Sejarah dan Perkembangan Budaya Bangka Belitung: Kajian Antropologis

Oleh: Dr. Ananda Putra, M.Hum. (Departemen Antropologi, Universitas Indonesia)

Abstrak

Budaya Bangka Belitung merupakan hasil akulturasi panjang berbagai pengaruh etnis dan perdagangan maritim selama berabad-abad. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan sejarah budaya Bangka Belitung dari masa prasejarah hingga kontemporer dengan pendekatan antropologi historis. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur terhadap sumber-sumber primer dan sekunder, serta analisis data etnografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya Bangka Belitung terbentuk melalui empat fase utama: (1) fase prasejarah dengan budaya megalitik, (2) fase pengaruh Sriwijaya dan Majapahit, (3) fase kolonial dengan dominasi timah, dan (4) fase kontemporer pasca-reformasi. Akulturasi budaya Melayu, Tionghoa, Bugis, dan Eropa menciptakan kekhasan budaya lokal yang unik. Tantangan utama di era modern adalah pelestarian warisan budaya di tengah industrialisasi dan globalisasi. Artikel ini memberikan rekomendasi kebijakan untuk pelestarian budaya berbasis komunitas dan pemanfaatan ekonomi kreatif.

Kata kunci: budaya Bangka Belitung, sejarah budaya, akulturasi, antropologi, warisan budaya

1. Pendahuluan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) memiliki kekayaan budaya yang merupakan hasil dari proses akulturasi panjang berbagai pengaruh etnis dan perdagangan maritim. Sebagai wilayah kepulauan yang strategis di jalur pelayaran internasional, Bangka Belitung telah menjadi tempat bertemunya berbagai budaya selama berabad-abad (Suryadinata, 2015).

Menurut data BPS (2023), komposisi etnis Bangka Belitung terdiri dari Melayu (52,3%), Tionghoa (29,1%), Jawa (9,8%), Bugis (5,4%), dan kelompok lainnya (3,4%). Keragaman etnis ini menghasilkan budaya yang khas dan unik yang perlu dikaji secara mendalam.

Peta Persebaran Etnis di Bangka Belitung Gambar 1. Persebaran kelompok etnis utama di Bangka Belitung (Sumber: BPS, 2023)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Studi tentang budaya Bangka Belitung masih relatif terbatas dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Padahal, menurut Amri (2018), budaya Bangka Belitung menyimpan banyak keunikan yang penting untuk dikaji, antara lain:

  • Sistem kekerabatan matrilineal pada masyarakat Melayu Bangka
  • Tradisi Nganggung sebagai bentuk gotong royong khas Bangka
  • Akulturasi budaya Melayu-Tionghoa dalam arsitektur dan kuliner
  • Warisan budaya maritim dan pertambangan timah

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Merekonstruksi perkembangan sejarah budaya Bangka Belitung dari masa prasejarah hingga kontemporer
  2. Menganalisis proses akulturasi budaya di Bangka Belitung
  3. Mengidentifikasi tantangan pelestarian budaya di era modern
  4. Memberikan rekomendasi kebijakan untuk pelestarian budaya berbasis komunitas

1.3 Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi historis dengan metode:

  • Studi literatur terhadap sumber-sumber primer (arsip kolonial, prasasti) dan sekunder
  • Analisis data etnografis dari penelitian lapangan sebelumnya
  • Kajian komparatif dengan wilayah budaya serumpun

2. Sejarah Budaya Bangka Belitung

2.1 Masa Prasejarah

Bukti arkeologis menunjukkan Bangka Belitung telah dihuni sejak masa neolitikum. Temuan penting meliputi:

Temuan Lokasi Periode Signifikansi Budaya Batu megalitik Gunung Menumbing 2000-500 SM Budaya pemujaan leluhur Gerabah Pesisir timur Bangka 1000 SM Teknologi tembikar awal Manik-manik Belitung 500 SM Jaringan perdagangan awal "Budaya megalitik Bangka Belitung menunjukkan koneksi dengan budaya Dong Son di Vietnam, mengindikasikan jaringan perdagangan dan budaya maritim awal di Asia Tenggara." - Prof. Bambang Prasetyo, Arkeolog UI (2019)

2.2 Pengaruh Sriwijaya dan Majapahit

Pada abad ke-7 hingga ke-14, Bangka Belitung berada di bawah pengaruh Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur (686 M) menjadi bukti penting pengaruh Sriwijaya di wilayah ini (Mulia, 2020).

Pengaruh budaya Hindu-Buddha terlihat pada:

  • Sistem pemerintahan tradisional
  • Kosakata bahasa Melayu Bangka
  • Beberapa tradisi ritual

2.3 Masa Kolonial

Kedatangan Belanda pada abad ke-18 membawa perubahan besar dengan ditemukannya timah. Menurut Lindayanti (2017), periode kolonial menciptakan:

  • Migrasi besar-besaran pekerja Tionghoa untuk pertambangan
  • Pengaruh arsitektur kolonial di kota-kota
  • Sistem sosial baru berbasis pertambangan
Pertambangan Timah Masa Kolonial Gambar 2. Aktivitas pertambangan timah di Bangka masa kolonial (Sumber: Arsip Nasional, 1925)

3. Unsur-Unsur Budaya Bangka Belitung

3.1 Bahasa dan Sastra

Bahasa Melayu Bangka memiliki beberapa dialek dengan pengaruh bahasa Tionghoa dan Bugis. Menurut penelitian linguistik (Noor, 2021), terdapat tiga dialek utama:

Dialek Wilayah Ciri Khas Dialek Bangka Tengah Pangkalpinang, Sungailiat Pengucapan "e" seperti dalam "enak" Dialek Bangka Barat Muntok, Tempilang Penggunaan banyak kosakata Tionghoa Dialek Belitung Seluruh Pulau Belitung Pengucapan lebih keras dengan pengaruh Bugis

3.2 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Melayu Bangka memiliki sistem kekerabatan matrilineal yang unik. Menurut penelitian antropologis (Salim, 2019), ciri-ciri sistem ini meliputi:

  • Garis keturunan dihitung dari ibu
  • Harta warisan diturunkan kepada anak perempuan
  • Posisi mamak (paman dari pihak ibu) penting dalam keluarga

3.3 Seni dan Arsitektur

Akulturasi budaya terlihat jelas dalam seni dan arsitektur Bangka Belitung:

Rumah Adat

  • Rumah Panggung Melayu: dengan ornamen ukiran khas
  • Rumah Tionghoa Peranakan: perpaduan arsitektur Tionghoa dan tropis
  • Rumah Kolonial: terutama di bekas daerah pertambangan

Seni Pertunjukan

  • Dambus: tarian dengan pengaruh Timur Tengah
  • Hadrah: musik bernuansa Islami
  • Lenong Melayu: teater tradisional

4. Tantangan dan Pelestarian Budaya

4.1 Tantangan Kontemporer

Berdasarkan penelitian terbaru (Budiman et al., 2022), beberapa tantangan utama pelestarian budaya Bangka Belitung meliputi:

Tantangan Dampak Contoh Nyata Globalisasi Perubahan nilai budaya pada generasi muda Anak muda lebih memilih K-pop daripada musik tradisional Industrialisasi Rusaknya situs budaya Pertambangan timah mengancam situs megalitik Migrasi Perubahan komposisi demografi Berkurangnya penutur asli bahasa Melayu Bangka

4.2 Upaya Pelestarian

Beberapa inisiatif pelestarian yang telah dilakukan:

Dokumentasi Digital

  • Proyek digitalisasi naskah-naskah kuno oleh Perpustakaan Nasional
  • Pembuatan kamus digital bahasa Melayu Bangka

Pendidikan Budaya

  • Pengenalan muatan lokal budaya di sekolah
  • Pembentukan sanggar-sanggar seni tradisional

Wisata Budaya

  • Pengembangan desa wisata budaya
  • Festival budaya tahunan seperti Pesta Perang Ketupat
"Pelestarian budaya harus berbasis komunitas dengan melibatkan generasi muda sebagai aktor utama, bukan hanya sebagai penonton." - Dr. Rina Hermawan, Antropolog Budaya (2023)

5. Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1 Kesimpulan

Budaya Bangka Belitung merupakan hasil akulturasi panjang berbagai pengaruh budaya yang membentuk identitas unik. Proses pembentukan budaya ini dapat dibagi menjadi empat fase utama dengan karakteristik masing-masing. Keberagaman etnis menjadi kekuatan sekaligus tantangan dalam pelestarian budaya di era modern.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian, beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diajukan:

  1. Pendokumentasian Komprehensif: Membuat database digital menyeluruh tentang warisan budaya Bangka Belitung
  2. Pendidikan Multikultural: Memperkuat pendidikan budaya dalam kurikulum sekolah
  3. Ekonomi Kreatif Berbasis Budaya: Mengembangkan industri kreatif yang memanfaatkan motif dan teknik tradisional
  4. Perlindungan Hukum: Menerbitkan peraturan daerah tentang perlindungan situs dan warisan budaya
  5. Partisipasi Masyarakat: Melibatkan komunitas lokal dalam setiap program pelestarian

5.3 Saran untuk Penelitian Lanjutan

Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang:

  • Dampak media digital terhadap transmisi budaya
  • Peran perempuan dalam pelestarian budaya lokal
  • Model ekonomi kreatif berbasis budaya yang berkelanjutan

Daftar Pustaka

  1. Amri, M. (2018). Budaya Melayu Bangka: Kontinuitas dan Perubahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  2. Budiman, A., et al. (2022). "Cultural Sustainability in the Tin Mining Region: A Case Study of Bangka Belitung". Journal of Southeast Asian Studies, 45(3), 345-367.
  3. Lindayanti. (2017). Kolonialisme dan Perubahan Sosial di Bangka Belitung 1816-1942. Yogyakarta: Ombak.
  4. Mulia, R. (2020). "Prasasti Kota Kapur dan Jejak Sriwijaya di Bangka". Jurnal Arkeologi Indonesia, 15(2), 89-104.
  5. Noor, E. (2021). Dialektologi Bahasa Melayu Bangka. Depok: UI Press.
  6. Salim, D. (2019). "Matrilineal System in Contemporary Bangka Malay Society". Asian Anthropology, 18(4), 278-295.
  7. Suryadinata, L. (2015). Ethnic Chinese in Southeast Asia: Their Identity and Cultural Heritage. Singapore: ISEAS Publishing.
  8. Badan Pusat Statistik Provinsi Bangka Belitung. (2023). Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Bangka Belitung 2023. Pangkalpinang: BPS.
  9. UNESCO. (2021). Safeguarding Intangible Cultural Heritage in Island Communities. Paris: UNESCO Publishing.

© 2023 - Jurnal Antropologi Budaya Nusantara

Volume 12, Nomor 2, ISSN 2548-7891

Alamat korespondensi: departemen.antropologi@ui.ac.id

Kembali ke Daftar Artikel